Rabu, 12 Oktober 2011 |
0
komentar
KURANG MEMPERHATIKAN KESUDAHAN UCAPAN
Sebagian orang membiarkan lidahnya berbicara tanpa memikirkan dan mempedulikan akibat atau kesudahannya. Anda mendapatkannya berbicara serampangan, tidak menghiraukan kesulitan dan kesusahan yang ditimbulkannya. Padahal bisa jadi ucapannya menjadi sebab kematiannya, atau akan menyulut api permusuhan, menyalakan api peperangan atau lainnya.
Aktsam bin shaifi berkata: “kematian seseorang terletak diantara kedua rahangnya. “yaitu lidahnya Al-muhallab berwasiat kepada anak-anaknya, “ hindari keseleo lidah. Aku mendapati seseorang yang kakinya terpeleset, maka dia bangkit, lalu giliran lidahnya yang terpeleset, maka menjadi sebab kematiannya.”
Ali raddiallahuanhu berkata:
” lidah merupakan barometer,kekeliruannya adalah kebodohan dan kebenarannya adalah akal.”
Sebagian ahli sastra mengatakan: “hendaklah kamu bersikap diam, karena ia akan mendatangkan kecintaan yang tulus bagimu, menjagamu dari kesudahan yang buruk, meng-hiasimu dengan sifat wibawa, dan mencukupkanmu dari keperluan meminta maaf.”
Ibnu al-muqaffa berkata: “ ketahuilah, lidahmu adalah senjata tajam yang diperebutkan oleh masing masing akal , amarah dan hawa nafsumu. Mana saja yang berhasil menguasainya maka akan bersenang senang dengannya dan akan menggiringnya kepada kemauannya.
Dari Abu Hurairah raddiallahunhu :
Rasullulah saw beliau bersabda,
“seorang hamba terkadang mengeluarkan kata yang diridhai Allah, sementara ia tidak memperhatikannya, lalu disebabkannya Allah meninggikan derajatnya. Dan seorang hamba terkadang mengeluarkan kata yang dimurkai Allah sementara ia tidak memperhatikannya lalu ia masuk neraka jahanam karenanya.”
Oleh karena itu, orang yang berakal berkewajiban untuk menyimpan rapat lidahnya dan menimbang kata katanya , agar tidak jatuh kedalam kata kata yang akibatnya tidak terpuji sehingga ia akan menyesal. Padahal waktu bagi orang yang menyesal hanya akan berlalu tiada arti.
0 komentar:
Posting Komentar